Sabtu, 31 Maret 2018

Dilema antara Rating dan Tayangan TV Berkualitas


Sudah menjadi rahasia umum kalau persaingan dunia televisi sangat ketat. Persaingan itu terjadi antar stasiun tv yang masing-masing menayangkan program untuk menarik perhatian penonton. Oleh sebab itu, munculah istilah rating dan tv share yang menjadi pembanding seberapa banyak program tv ditonton oleh pemirsa tv. Bahkan rating sangat menentukan seberapa keuntungan yang akan didapatkan dan hidup mati suatu program tv. Tidak heran kalau para pekerja televisi berlomba-lomba mengejar rating demi mendapatkan pemasukan yang tinggi dari iklan. Padahal, rating yang ada saat ini ada tak bisa serta merta jadi acuan karena tak bisa mewakili masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Rating adalah jumlah penonton suatu program dibagi jumlah populasi televisi. Sedangkan share adalah jumlah penonton suatu program dibagi dengan jumlah orang yang pada saat itu sedang menonton tv. Paham kan bedanya? Semisal di Indonesia, rating pembaginya total seluruh penonton di Indonesia, dan share hanya orang yang sedang menonton saja. Rating digunakan ketika membandingkan program dengan tv lain yang tayang pagi, siang dan malam. Sedangkan share digunakan pada saat yang sama misalnya mau membandingkan peforma suatu program dengan stasiun tv kompetitor di jam yang sama. Bagi masyarakat umum, memang sulit dipahami makna rating dan share, bagaimana rating dan share dihasilkan. Kita sebagai masyarakat awam hanya tau angka-angka yang muncul dan peringkat program tv per-harinya.

Perlu diketahui, stasiun tv di Indonesia menggunakan jasa AGB Nielsen Media Research dalam melakukan penelitian perhitungan rating tv. Nielsen bukan hanya menyediakan jasa perhitungan rating penonton, tetapi juga cabang jasa lainnya yang berhubungan dengan media. Khusus untuk TV, istilah Television Audience Measurement (TAM) dilakukan Nielsen di Indonesia dan 26 negara lainnya. Survey itu dirancang bagi pengiklan, agensi iklan, maupun pengelola TV untuk memperoleh pemahaman tentang karakter penonton TV dan acuan tontonan TV di kota-kota besar Indonesia.

Nielsen Indonesia telah menyediakan laporan rating mingguan bagi stasiun TV dan pengiklan sejak tahun 1991. Nielsen mengambil sampel penonton harian dan mencatat acara yang ditonton serta di kanal mana. Hasilnya dikirimkan pada Nielsen Media Research (NMR) yang kemudian mentransfernya ke komputer. Sejak 2007, Nielsen memberikan layanan laporan rating harian. Informasi detil sebuah program acara bisa langsung diketahui sehari setelah acaranya tayang.

Di Indonesia, Nielsen mengukur sampel sebanyak 2.423 rumahtangga yang memiliki TV di 10 kota besar, yaitu: Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek), Surabaya dan sekitarnya (Gerbangkertasusila), Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta dan sekitarnya, Palembang, Denpasar dan Banjarmasin. Panel utama ini hanya mengukur kepemirsaan TV terrestrial. Khusus di Jakarta, terdapat 300 panel rumah tangga yang berlangganan TV Kabel. (Pay TV panel).

Angka rating dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, misalnya saja durasi suatu program, program pesaing, kualitas gambar yang diterima, penonton yang ada (available audience), jam tayang, momentum-momentum tertentu seperti kerusuhan, Pilkada, atau debat Capres-Cawapres, dan juga pola kebiasaan penonton di daerah-daerah tertentu.

Rating program tentu tidak mencerminkan kualitas program. Karena rating adalah presentase dari penonton suatu acara dibandingkan dengan total atau spesifik populasi pada waktu tertentu. Yang diukur melalui rating ini kuantitas dan bukan kualitas suatu acara. Sekali lagi, kuantitas atau jumlah penonton, bukan kualitas program. Cara menghitung rating antara lain:

Rating =   Jumlah penonton program A x 100 %
                 Populasi TV

Dari rumus di atas, dengan perhitungan rating menit per menit, panjang pendeknya program mempengaruhi rating program. Semisal program yang awalnya hanya berdurasi 30 menit, mempunyai rating 10. Ketika durasi program diperpanjang menjadi 60 menit, ratingnya turun menjadi 8 persen, dikarenakan angka pembaginya semakin besar.     
Berbeda dengan share, share adalah persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua channel. Jadi angka share didapatkan dari rating yang telah dihitung.

Share =  Program Rating x 100 %
               Total Rating

Ada lagi istilah Channel Share, yaitu persentase pemirsa TV di satu periode tertentu pada saluran TV. Kalau rating dan share menghitung program tv, Channel Share menghitung stasiun TV.
Rumus perhitungannya:

Channel Share  =  Channel Share x 100 %
                              Total Pemirsa

Singkat kata, beda rating dan share yakni, angka rating menghitung jumlah penonton TV pada sebuah acara, sedang share menghitung persentase penonton TV di antara stasiun TV lain. Misal, jika ada 3 stasiun TV dengan populasi 10 ribu dan TV1 mempunyai angka penonton 2 ribu, TV2 seribu, dan TV3 seribu, maka rating TV1 20% dan share-nya 50%; TV2 rating 10%, share 25%; TV3 rating 10% dan share 25%.   

Nah, sekarang cukup tercerahkan dengan istilah rating, share, dan channel share.

Credit to:
https://archive.tabloidbintang.com/extra/wikibintang/15763-tahukah-anda-apakah-rating-dan-apakah-share.html
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170922125905-220-243317/rating-jadi-momok-utama-televisi-indonesia
http://www.agbnielsen.com/

Rabu, 31 Mei 2017

Profil Stasiun TV di Indonesia



1. TVRI


Televisi Republik Indonesia atau disingkat TVRI adalah stasiun televisi nasional pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962 hingga saat ini. Siaran perdananya menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara Jakarta. Siarannya ini masih berupa hitam putih. TVRI kemudian meliput Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta.

Sebagai stasiun tv nasional, TVRI tidak diperbolehkan menayangkan iklan. Walaupun saat ini akhirnya TVRI menayangkan iklan. Status TVRI saat ini adalah Lembaga Penyiaran Publik, dengan sebagian biaya operasional TVRI ditanggung oleh negara.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen penduduk Indonesia. TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia sebelum tahun 1989. Baru kemudian muncullah stasiun televisi swasta pertama RCTI yang mulai mengudara di Jakarta, dan SCTV pada tahun 1990 di Surabaya.

Saat ini TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1 Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Ke 27 TVRI Stasiun Daerah tersebut adalah:
1. TVRI Stasiun DKI Jakarta
2. TVRI Stasiun Aceh
3. TVRI Stasiun Sumatera Utara
4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
5. TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten
6. TVRI Stasiun Jawa Tengah
7. TVRI Stasiun Jogyakarta
8. TVRI Stasiun Jawa Timur
9. TVRI Stasiun Bali
10. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan
11. TVRI Stasiun Kalimantan Timur
12. TVRI Stasiun Sumatera Barat
13. TVRI Stasiun Jambi
14. TVRI Stasiun Riau dan Kepulauan Riau
15. TVRI Stasiun Kalimantan Barat
16. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan
17. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah
18. TVRI Stasiun Papua
19. TVRI Stasiun Bengkulu
20. TVRI Stasiun Lampung
21. TVRI Stasiun Maluku dan Maluku Utara
22. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Timur
23. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Barat
24. TVRI Stasiun Gorontalo
25. TVRI Stasiun Sulawesi Utara
26. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah
27. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara
28. TVRI Stasiun Sulawesi Barat
Karyawan TVRI pada Tahun Anggaran 2007 berjumlah 6.099 orang, terdiri atas 5.085 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1.014 orang Tenaga Honor/Kontrak yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekitar 1.600 orang di antaranya adalah karyawan Kantor Pusat dan TVRI Stasiun Pusat Jakarta.


2. RCTI
RCTI atau Rajawali Citra Televisi Indonesia adalah stasiun televisi swasta pertama yang mengudara di Indonesia. RCTI pertama kali mengudara pada 13 November 1988 dan diresmikan 24 Agustus 1989. Namun, pada waktu itu, siaran RCTI hanya dapat ditangkap oleh pelanggan yang memiliki dekoder dan membayar iuran setiap bulannya. RCTI melepas dekodernya pada akhir 1989 dan bisa dinikmati secara massal setelah Pemerintah mengizinkan RCTI melakukan siaran bebas secara nasional sejak tahun 1990 tetapi baru terwujud pada akhir 1991. 

Memasuki tahun 2004 RCTI, mulai menjadi stasiun televisi yang besar dan matang di Indonesia, sehingga dibeli oleh Media Nusantara Citra (MNC Group) yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo, kelompok perusahaan media yang saat ini melebarkan sayap hingga melahirkan Global TV dan MNCTV serta iNewsTV. 

RCTI dikenal memiliki hak siar atas ajang sepak bola bergengsi Eropa, Euro 2008 bersama Global TV dan MNCTV. Untuk mendapatkan hak siar sepak bola bergengsi Eropa, RCTI harus bersaing ketat dan bergantian dengan SCTV yang juga dikenal sebagai rival ketat bagi RCTI. Sebut saja Liga Champion Eropa, Liga Inggris dan Liga Spanyol yang ditayangkan bergantian antara RCTI dan SCTV.

Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jangkauan terluas di Indonesia, melalui 54 stasiun relaynya program-program RCTI disaksikan oleh lebih dari 191 juta pemirsa yang tersebar di 452 kota di seluruh Nusantara, atau kira-kira 80.7% dari jumlah penduduk Indonesia. RCTI dikenal “jor-joran” dalam membeli hak milik penayangan program-program adaptasi luar negeri. Seperti beberapa ajang pencarian bakat Indonesian Idol, XFactor, The Voice, Raising Star, The Master, Masterchef Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar dalam pasar hiburan di Indonesia.

Selain program pencarian bakat dan olahraga, RCTI sangat kental dengan tayangan sinetron pada jam-jam primetime. Kerjasama RCTI dengan production house (PH) SinemArt Picture yang berlangsung sejak tahun 2007, melahirkan sinetron dengan rating tinggi seperti Putri yang Tertukar, Anak Jalanan, Tukang Bubur Naik Haji, hingga Anugerah Cinta. Namun, kerjasama keduanya harus berakhir setelah selesai kontrak, dan Sinemart kemudian berpindah ke SCTV. Perpindahan tersebut bahkan harus berbuntut hukum antara RCTI dan Sinemart.

3. SCTV

SCTV atau Surya Citra Televisi adalah SCTV merupakan stasiun televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, tetapi baru tanggal 1 Januari 1993, SCTV mendapatkan izin sebagai stasiun televisi nasional di Jakarta. Kantor operasional SCTV pun secara bertahap dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta. 

Meski berkali-kali berpindah kantor, SCTV selalu mengudara setiap hari. Pada tahun 1993 misalnya, SCTV berpindah kantor ke Wisma AKR, Jakarta Barat yang letaknya berdekatan dengan kantor RCTI. Lalu pada tahun 1996, SCTV berpindah kantor lagi ke Wisma Indovision. Menginjak usia ke-11, pada tahun 2001, SCTV kemudian memusatkan kegiatan operasionalnya di Gedung Graha SCTV, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dan pada tahun 2007, kegiatan operasional SCTV berpusat di Senayan City. Namun, stasiun pemancar dan studio tetap dipusatkan di Kebon Jeruk.

Pada awalnya, SCTV adalah singkatan dari Surabaya Centra Televisi yang melakukan siaran percobaan pada 1 Juni 1990 di Surabaya dan diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur, dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. Meski pada saat itu SCTV masih berstatus televisi lokal di Surabaya, beberapa merek sempat beriklan di SCTV, misalnya Baygon dan Citra. SCTV didirikan untuk merelai RCTI di Surabaya karena saat itu siaran RCTI hanya dapat ditangkap di Jabodetabek dengan menggunakan dekoder. Saat itu pula, RCTI dan SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" karena RCTI dan SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara RCTI dan SCTV selalu berbeda. Pada tahun 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Denpasar, Bali serta Manado, Sulawesi Utara dan sekitarnya. Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi.

Kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Sejak pertengahan 1990-an, SCTV yang pada awalnya satu manajemen dengan RCTI akhirnya keduanya berpisah manajemen. Direktur Utama SCTV saat ini ialah Sutanto Hartono. Tahun 1999, mayoritas saham SCTV kemudian diakuisisi oleh PT Surya Citra Media, Tbk. Pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi bergabung.

Pada 22 Desember 2011, SCTV berhasil memenangkan bidding hak siar UEFA Champions League dan UEFA Europa League untuk musim 2012/13 hingga musim 2014/15, dan lagi untuk musim 2016/17 hingga musim 2018/19. Pertandingan UEFA Champions League mulai musim 2012/13 akan disiarkan bersama Indosiar, sedangkan UEFA Europa League disiarkan sepenuhnya oleh SCTV. Pada pertengahan 2013, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar Liga Utama Inggris musim 2013–2014 sampai 2015–2016 bersama Indosiar dan TV berbayar Nexmedia. Pada pertengahan 2016, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar La Liga musim 2016–17 sampai musim 2018–2019.

4. Indosiar

Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional yang beroperasi dari Daan Mogot, Jakarta Barat. Indosiar awalnya didirikan dan dikuasai oleh Salim Group. Pada tahun 2004, Indosiar merupakan bagian dari PT. Indosiar Karya Media Tbk. (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. dibeli oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk., pemilik SCTV (melalui SCM sebelum bergabung dengan IDKM) dan O Channel, menjadikan ketiga stasiun televisi berada dalam satu pengendalian. Kini, stasiun televisi ini resmi dikuasai oleh SCM pasca bergabung dengan IDKM dan "bersaudara" dengan SCTV.

Indosiar resmi mengudara pada 11 Januari 1995. Dalam siarannya, Indosiar banyak menekankan kebudayaan. Salah satu program kebudayaan yang selalu ditayangkan adalah acara pertunjukan wayang pada malam minggu. Selain itu, Indosiar juga memopulerkan sinetron Indonesia yang bertemakan cinta dan keluarga (dimulai sejak munculnya Tersanjung), acara-acara realitas yang melibatkan emosi penonton dan SMS secara langsung (dimulai sejak munculnya AFI), infotainment KISS (Kisah Seputar Selebritis), dan juga program berita seperti Fokus dan Patroli. Indosiar juga menayangkan kartun yang cukup banyak setiap hari Minggu yaitu dari pukul 06.30 sampai 12.00 WIB. Kartun yang pernah populer di Indosiar adalah Dragon Ball, Digimon, Pokemon, Bleach, Naruto, Gundam, dan lain-lain.

Pada awal Mei 2013, Indosiar Karya Media resmi bergabung dengan Surya Citra Media (SCM) dan membuat stasiun televisi ini dikendalikan oleh satu perusahaan media yang juga menguasai SCTV. Pada pertengahan 2013, Indosiar berhasil memperoleh hak siar Liga Utama Inggris untuk musim kompetisi 2013-2014 hingga 2015-2016 bersama SCTV dan Nexmedia. 
Praktis, pasca dibeli oleh SCM, Indosiar “diperlakukan” seperti MNCTV yang segmennya kalangan menengah ke bawah. Sebut saja FTV Religi, Dangdut Academy (D’Academy), Dangdut Pantura hingga Microfon Pelunas Hutang. Praktis, Indosiar tidak lagi menayangkan Drama Korea dan Drama Asia lainnya seperti dulu. Anak-anak juga tidak akan lagi dimanjakan dengan tayangan kartun sehari penuh di hari Minggu.

Logo Indosiar pada awalnya menggunakan logo yang mirip dengan Television Broadcasts Limited, Hongkong karena Indosiar dalam kenyataan yang sebenarnya banyak menyiarkan drama Asia dari Hongkong dan Korea. Logo yang sekarang digunakan kembali oleh Indosiar awalnya digunakan pada tahun 1995-2007. Namun logo tersebut menimbulkan kontroversi karena logo tersebut sebagai logo saat mengudara di sebelah kiri atas layar TV tabung disinyalir merusak layar TV tabung pada saat itu. Akibatnya layar-layar pada TV tabung di bagian pojok kiri atas jadi berbekas logo Indosiar, apabila diganti ke channel lain.

Namun sejak tahun 2012, logo tersebut kembali digunakan. Akan tetapi, logo tersebut diberi efek mengkilap.

5. ANTV

ANTV (singkatan dari Andalas Televisi, umumnya ditulis antv) adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional yang didirikan pada 1 Januari 1993 sebagai stasiun televisi lokal di kota Bandar Lampung. Tanggal 18 Januari 1993 ANTV mendapat izin siaran nasional melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 04A/1993. Sepuluh hari setelah izin tersebut keluar, ANTV mengudara secara nasional. Meski siaran nasionalnya dilakukan pada tanggal 1 Maret 1993, siaran ANTV baru diterima secara luas dan menambah jam siarannya secara bertahap terhitung mulai Februari 1994. Studio ANTV yang semula berada di Bandar Lampung dipindahkan secara bertahap ke Jakarta setelah sebagai stasiun televisi nasional di Indonesia.

Tepat tanggal 1 Maret 1993 ANTV untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR. Saat itu ANTV berhasil melakukan siaran langsung meliput jalannya kegiatan penting kenegaraan. Momen istimewa itu yang kini dijadikan sebagai hari jadi ANTV.

Stasiun televisi ini pada mulanya dikhususkan pada pemirsa remaja (usia 13–25 tahun) dan pernah menyiarkan acara-acara MTV Indonesia hingga awal tahun 2000-an, tetapi tahun 2002 stasiun ini berkembang menjadi stasiun untuk segala usia, sama dengan stasiun televisi yang lain. Pada 30 April 2006 ANTV berhasil menjalin kerja sama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV, yang dimiliki konglomerat media asal Amerika Serikat, Rupert Murdoch . Kerja sama ini ditandai dengan masuknya 20% saham ANTV ke STAR TV. Tidak heran saat itu logo ANTV sangat mirip dengan STAR TV. 

Namun kemudian, pada tahun 2009, Perseroan mengakuisisi 99.99% saham ANTV setelah STAR TV melepas seluruh kepemilikannya di ANTV. ANTV kemudian dimiliki oleh konglomerat muda Anindya Bakrie, anak dari Politisi Aburizal Bakrie. Saat ini ANTV dikelola oleh Erick Thohir, yang menjadi Presiden Direktur dari stasiun televisi ini sekaligus Wakil Komisaris Utama Viva Group dan Direktur Utama Intermedia Capital (induk usaha ANTV). 

ANTV berhasil memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Berstandar Internasional ISO 9001:2008 untuk lingkup Television Broadcast System pada tahun 2011. Saat ini, ANTV dimiliki oleh PT Visi Media Asia Tbk (melalui PT Intermedia Capital Tbk) atau dikenal dengan Viva Group, bersama dengan stasiun tv TVONE.

6. TVONE
Berawal dari penggunaan nama Lativi, tvOne didirikan pada tanggal 30 Juli 2002 oleh Abdul Latief dan dimiliki oleh ALatief Corporation. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga memiliki stasiun televise ANTV.

Lativi sendiri berdiri berdasarkan izin dari Depkominfo Kanwil. Jakarta Timur dengan No. 809/BH.09.05/III/1999 yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh ALatief Corporation (perusahaan yang dimiliki oleh Abdul Latief). Pada bulan Januari 1999, keberadaan Lativi diumumkan dalam Berita Negara No. 8687 sebagai PT Pasaraya Mediakarya (selanjutnya berubah nama menjadi PT Lativi Media Karya). Lativi kemudian mulai disiarkan tahun 1999 sebagai izin siaran dan awal tahun 2001 sebagai siaran percobaan. Meskipun siaran percobaan, Lativi telah membangun stasiun relai televisi di Kota Jakarta.

Mulai Kamis, 14 Februari 2008 pukul 19:30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne. Kepastian peresmian nama baru ini disampaikan Direktur utama dari tvOne, Erick Thohir, dalam jumpa pers Rabu, 13 Februari 2008. Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia Tbk sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ardiansyah Bakrie, yang juga putra dari politisi Aburizal Bakrie.

Dengan bergantinya nama dan kepemilikan, komposisi program acarapun ikut berganti. TvOne menyiarkan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Namun, saat ini tvOne mencoba menambah komposisi acaranya, dengan menambahkan drama Turki dan drama India, sebagaimana yang dilakukan oleh saudara tuanya, ANTV yang sukses besar menayangkan drama India.

7. MNCTV
MNCTV yang dulu bernama TPI (Televisi Keluarga Indonesia) adalah merupakan stasiun televisi swasta ketiga di Indonesia setelah RCTI dan SCTV. MNCTV didirikan oleh Mbak Tutut dan dulu sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Cipta Lamtoro Gung Persada.

TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari jam 19.00-21.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta Pusat. Pada awal pendiriannya tahun 1991 TPI hanya ingin menyiarkan siaran edukatif saja. Saat itu TPI hanya mengudara 4 jam. Salah satunya dengan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyiarkan materi pelajaran pendidikan menengah. Sejak itu TPI mengudara 4 jam, lalu sejak 1 Juni 1991 menjadi 6,5 jam. Lalu menjelang akhir 1991 sudah 8 jam. TPI dengan memakai nama “Televisi Keluarga Indonesia” kemudian mengudara secara penuh dari 1 Januari 1998 hingga 23 Januari 2002.

Pada tahap awal pendiriannya, TPI berbagi saluran dengan televisi milik pemerintah, TVRI. Perlahan-lahan mereka mengurangi misi edukatif, dengan juga menyiarkan acara lain, termasuk kuis dan sinetron sebagai selingan. TPI berpisah saluran dengan TVRI di pertengahan 90-an. Program edukasi pun tergusur, dan TPI fokus di program acara musik dangdut, tagline “makin Indonesia” dalam motto barunya seakan tenggelam oleh hingar bingar acara dangdut di TPI. Bahkan TPI sebagai kependekan dari Televisi Pendidikan Indonesia sudah tidak relevan lagi.

Dalam situs web resmi TPI, disebutkan TPI adalah Televisi Paling Indonesia, sesuai dengan misi barunya, yakni menyiarkan acara-acara khas Indonesia seperti tayangan sinetron lokal dan musik dangdut. TPI pernah mendapat penghargaan karena telah bertahun-tahun menayangkan acara kuis dangdut pertama di Indonesia yaitu Kuis Dangdut yang dibawakan oleh Jaja Mihardja dan Dorce Gamalama. Pada Festival Sinetron Indonesia 1997, serial “Mat Angin” (Deddy Mizwar) yang ditayangkan TPI menyabet 11 penghargaan, ditambah dengan 5 penghargaan lagi tahun berikutnya dari serial yang sama. Tak lupa juga acara terfavorit di Indonesia yaitu Santapan Nusantara yang dibawakan oleh Enita Sriyana, sang pakar kuliner.

Sejak Oktober 2003, 75% saham TPI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI, Global TV dan iNewsTV. Kemudian sejak 20 Oktober 2010, TPI resmi berganti nama menjadi MNCTV. Perubahan ini terjadi dikarenakan TPI tidak sesuai dengan konteks tertulis pada televisi tersebut yaitu menjadi salah satu televisi yang berbau pendidikan di Indonesia, dan oleh karena itu nama TPI berubah menjadi MNCTV untuk mengubah citra TPI di mata masyarakat.

TPI dan MNCTV yang dulu sangat mengandalkan program dangdutnya seperti Kontes Dangdut TPI (KDI) dan sinetron religinya, harus dibuat kalah telak dengan Indosiar dengan programnya, Dangdut Academy, yang saat ini jauh mengungguli MNCTV.

8. Trans TV
Trans TV adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang dimiliki oleh Trans Media. Dengan moto Milik Kita Bersama, konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan dari Trans Media. Kantor pusat stasiun ini berada di Gedung Trans TV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Atiek Nur Wahyuni yang juga merupakan Direktur Utama Trans7.

Trans TV memperoleh izin siaran pada tanggal 1 Agustus 1998. Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 namun masih terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 17.51 WIB. Trans TV kemudian pertama mengudara dan diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember 2001 sekitar pukul 19.00 WIB, Trans TV memulai siaran secara resmi.

Trans Media, sebagai media terdepan di Indonesia yang selalu konsisten menghadirkan karya penuh inovasi dan menjadi trendsetter untuk Indonesia lebih baik telah memiliki identitas baru.
Minggu, 15 Desember 2013 Trans TV meluncurkan logo baru bersamaan dengan ulang tahun Trans Media yang ke-12. Logo dengan simbol “Diamond A” ditengah kata Trans TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang didalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat.

Bersama dengan Trans7, TransTV saat ini tergabung dalam Trans Corp, anak perusahaan CT Corp yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Selain Trans Corp, CT Group juga memiliki anak perusahaan seperti Bank Mega, Trans Studio, Transmart, Carrefour dan CT Global Resources.

Berbicara tentang Trans TV, tidak bisa dilepaskan dari nama Wishnutama, sosok dibalik melejitnya Trans TV dan Trans 7 yang merupakan stasiun tv yang masih “anak bawang”. Dibalik tangan dingin Tama, panggilan akrab pria yang bernama lengkap Wishnutama Kusubandio itu, program-program seperti Extravaganza, Termehek-mehek, Dunia Lain, Indonesia Mencari Bakat, Opera Van Java, Bukan Empat Mata dan On The Spot menjadi lumbung rating sekaligus pemasukan bagi Trans TV dan Trans7. 

Namun pada April 2012, secara mengejutkan, Presiden Direktur Trans TV dan Direktur Produksi Trans7 itu mengundurkan diri. Setelah berbagai spekulasi tentang perpindahannya ke Indosiar dan Google, publik akhirnya tahu setelah Wishnutama bersama dengan Indika Group melaunching stasiun tv baru, NET. Keluarnya Tama diikuti oleh sekitar 200 karyawan mengundurkan diri, menyusul Wishnutama bergabung dengan NET.

9. Trans7

Trans7 yang pada awalnya menggunakan nama TV7, melakukan siaran perdananya secara terestrial di Jakarta pada 25 November 2001 dan pada saat itulah mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kompas Gramedia. Pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans Corp mengakuisisi mayoritas saham TV7. TV7 akhirnya melakukan re-launch (peluncuran ulang) pada 15 Desember 2006 dan menggunakan nama baru, yaitu Trans7.

Trans7 berdiri dengan nama TV7 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000 yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Kompas Gramedia. Pada tanggal 25 November 2001 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Logo TV7 Sendiri diartikan sebagai simbol dari "JO" yang merupakan singkatan dari Jakob Oetama, pemilik TV7.

TV7 semakin dikenal masyarakat pada triwulan pertama 2003. TV7 merelai siaran Al Jazeera secara langsung setiap harinya selama invasi Amerika Serikat ke Irak berlangsung melalui tayangan berita bertajuk “Invasi ke Irak”. Langkah TV7 ini diikuti oleh ANTV yang merelai siaran stasiun televisi yang berbasis di Dubai, Al Arabiya, terkait dengan invasi Amerika Serikat ke Irak. Masyarakat Indonesia secara umum menyambut baik langkah TV7 ini, terutama bagi pihak yang kurang setuju dengan “kebenaran” media Barat. Meski beredar kabar Megawati mendesak TV7 agar menghentikan relai siaran Al Jazeera, humas TV7 saat itu, Uni Lubis, membantah kabar itu. Bahkan, Uni menegaskan bahwa relai tetap diteruskan dan gangguan-gangguan dalam relai tersebut terus diatasi.

Pada 15 Desember 2006, yang bertepatan dengan ulang tahun Trans Corp yang ke-5, TV7 mengubah logo dan namanya menjadi Trans7 setelah 55% sahamnya dibeli oleh Trans Media pada 4 Agustus 2006. Meski perubahan ini terjadi, namanya tetap menggunakan angka 7. Sejak itu letak logonya pun diubah pula, dari posisi yang biasanya di sudut kiri atas menjadi sudut kanan atas agar letak logonya sama dengan Trans TV yang letak logonya selalu di sudut kanan atas.

Berdasarkan kutipan dari buku yang berjudul Chairul Tanjung si Anak Singkong, pada 4 Agustus 2006, Para Group melalui PT Trans Corpora resmi membeli 55% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Jakob Oetama sebagai Presiden Direktur Kompas Gramedia juga menyetujui kerjasama dengan Trans TV karena adanya kesamaan kultur yang dipegang oleh kedua belah pihak, yakni adanya kesamaan antara visi dan misinya. Proses kerjasama pun berlangsung dengan cepat yang diikuti oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada hari yang sama.

Selain itu, melalui kerjasama dengan Trans TV. Manajemen pun secara langsung diganti. Agung Adiprasetyo yang kini ditunjuk sebagai CEO Kompas Gramedia pun ditunjuk sebagai Komisaris Trans7 hingga kini. Seiring dengan berjalannya waktu, redaksi dan kantor pun secara berangsur-angsur pindah dari Wisma Dharmala Sakti di Kawasan Soedirman, Jakarta Pusat serta di Cawang, Jakarta Timur ke Gedung Trans TV. Semua Operasional dan Teknisi juga digabung dengan Trans TV sebagai upaya mengurangi biaya operasional yang mencapai Rp 15 Milyar per bulan.

Berbeda dengan saat menjadi TV7, terhitung mulai 2007, keuntungan yang dicapai Trans7 telah memasuki puncaknya. Bahkan, menurut Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong pun, keuntungan Trans7 mampu mengalahkan Trans TV sebagai saudaranya sendiri. Dan, berkat keuntungannya, Trans7 menyewa gedung sendiri meski sudah bergabung dengan Trans TV.

Pertengahan tahun 2011, Trans7 memiliki gedung sendiri yang lokasinya berada di seberang gedung Trans TV. Gedung yang ditempati Trans7 itu awalnya adalah bekas gedung Sampoerna. Di gedung berlantai lima itu, terdapat studio berita dan beberapa divisi yang memang terpisah dari Trans TV. Namun untuk meja direksi dan komisioner, serta beberapa divisi menetap satu gedung dengan Trans TV karena efisiensi dan juga mobilitas. 

Namun, diakuisisinya TV7 oleh Trans Corp, menyebabkan acara-acara khas TV7 seperti animasi dan serial Hollywood, tidak mendapat tempat lagi. Alhasil, beragam acara khas Trans TV seperti talk show dan comedy show, mulai mendominasi acara Trans7.

10. MetroTV
MetroTV didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia, yang resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. PT Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post. 

Pada tanggal tanggal 1 April 2001, MetroTV sudah bisa mengudara selama 24 jam, menjadikan MetroTV sebagai stasiun TV pertama di Indonesia yang duluan bersiaran 24 jam. Prestasi itu didapatkan MetroTV hanya mengandalkan 280 orang karyawan. Tapi seiring perkembangan dan kebutuhan, MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi.

Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor news. MetroTV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan sinetron. MetroTV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia

Meskipun tergolong tv baru, tetapi sepak terjang MetroTV dalam program pemberitaan bisa dikatakan sangat serius. Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri). 

Kontroversi juga tidak lepas dari Metro TV. Pasalnya, MetroTV pernah dikecam karena melarang salah satu presenternya, Sandrina Malakiano, mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas MetroTV untuk berdiskusi panjang. Larangan inilah yang menyebabkan Sandrina keluar dari MetroTV pada Mei 2006. Menurut pihak MetroTV, mereka hanya akan mengizinkan presenternya berjilbab di depan kamera ketika Ramadan atau hari-hari besar Islam. Peraturan itupun berlaku hingga saat ini. Kita tidak akan menjumpai presenter Metro TV yang menggunakan jilbab, selain pada bulan Ramadhan atau hari Raya Islam.

11. Global TV
Global TV pada awalnya dimiliki oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, memulai izin siaran pada tanggal 25 Oktober 1999. Tujuan awal pendirian Global TV adalah sebagai televisi dengan syiar Islam, pendidikan, teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Namun, saat ini Global TV mempunyai acara yang beragam dan komersil.

Sejak 2003, Media Nusantara Citra (MNC Group) dibawah Hari Tanoesoedibjo mengakuisisi saham kepemilikan Global TV. Gebrakan MNC Group dimulai pada 1 Juni 2002, ketika Global TV merelai MTV Indonesia (yang sebelumnya direlai melalui antv) selama 24 jam sehari. Kemudian, pada tanggal 8 Oktober 2002, Global TV diluncurkan sebagai televisi nasional untuk anak muda. 

Dalam perkembangannya, Global TV juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan pembagian 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk MTV dan 8 jam untuk Nickelodeon yang juga pernah ditayangkan di Lativi (sekarang tvOne). Pada awalnya pula, kartun dari Nickelodeon adalah kartun yang banyak di Global TV, namun sekarang juga menyiarkan kartun non-Nickelodeon, termasuk anime.

Global TV awalnya menggunakan logo “TVG” digunakan ketika masih merelai acara-acara MTV Indonesia, yang sudah digunakan dari tanggal 8 Oktober 2002 hingga 2006. Seiring makin banyaknya acara non-MTV yang tayang di Global TV, termasuk acara Nickelodeon, logo “TVG” dipensiunkan dan diganti dengan logo yang terdiri dari huruf “G” yang memiliki perpaduan warna hijau, jingga, dan biru di atasnya dengan tulisan “GlobalTV”. 

Pada tanggal 28 Maret 2012, Global TV meluncurkan logo barunya yang mirip dengan logo MNC TV. David Fernando Audy, selaku Direktur Utama Global TV mengatakan, “Logo baru ini merupakan bentuk penyempurnaan dari logo sebelumnya dan mempresentasikan perkembangan Global TV dari tahun ke tahun yang semakin kuat dengan program-programnya, baik on-air maupun off-air. Juga dari berbagai hal lain yang membuat Global TV semakin menjadi pilihan pemirsa Indonesia”. 

12. Kompas TV
Kompas TV adalah salah satu stasiun televisi swasta yang dimiliki oleh Kompas Gramedia. Stasiun televisi ini hadir menggantikan stasiun televisi yang pernah dimiliki oleh Kompas Gramedia, yaitu TV7. Sejak saham TV7 dibeli oleh Chairul Tanjung dengan Trans Corpnya, pada tahun 2006 dan nama TV7 diganti menjadi Trans7, maka saham Kompas Gramedia terhadap Trans7 menurun menjadi hampir setengah dari Trans Corp.

Menyusul Metro TV dan tvOne yang terlebih dahulu dikenal sebagai tv berita, sejak tanggal 28 Januari 2016, Kompas TV juga ikut berfokus menjadi saluran tv berita. Selain berita, Kompas TV juga menyiarkan program olahraga, film, dan siraman rohani.
Sejak tanggal 9 September 2011, Kompas TV juga dapat disaksikan di televisi berlangganan sebagai berikut:
• K-vision
• aora
• BiG TV
• First Media
• Groovia TV
• OrangeTV
• Skynindo
• TransVision
• Max3
• viva+

Kompas TV juga menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia yang mengadopsi kualitas gambar beresolusi tinggi atau High Definition yang dinamakan Kompas HD. Kompas HD sendiri hadir di K-Vision HD, Max3 dan live streaming di kompas.tv/live. Setelah Kompas TV, ada NET. yang juga mempunyai kualitas gambar HD.

13. iNews TV
iNews TV (singkatan dari Indonesia News TV, sebelumnya bernama SUN TV dan SINDOtv) adalah stasiun televisi swasta yang juga didirikan oleh MNC Group. iNews TV pertama kali bersiaran pada Rabu, 5 Maret 2008 dengan nama SUN TV. 

Awalnya, SUN TV hanya dapat disaksikan melalui televisi berlangganan Indovision, OkeVision, dan Top TV. Dalam perkembangannya, SUN TV kemudian mengudara secara terestrial sebagai televisi lokal setelah membangun beberapa stasiun relai di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang disiarkan melalui stasiun televisi yang berbasis di Tangerang bernama TV3, yang awalnya hanya menayangkan infomersial di sela-sela waktu kosong. Sementara induknya, SUN TV tetap menayangkan programnya untuk pemirsa di Indovision, OkeVision, dan Top TV. SUN TV juga merupakan televisi lokal di Indonesia pertama yang mengudara selama 24 jam tanpa henti. Namun, pada tahun 2010, TV3 melepaskan diri dari SUN TV dan kemudian diambilalih kepemilikannya oleh CTV Banten.

Pada hari Senin, 26 September 2011, SUN TV berubah nama menjadi SINDOTV yang merupakan bagian dari sinergi Sindo Media bersama Sindo Trijaya FM dan SINDOnews.com. 3 tahun kemudian, tepatnya pada Rabu, 23 September 2014, secara resmi Menteri Komunikasi dan Informatika RI memberikan izin stasiun jaringan bagi SINDO TV. Kemudian pada Senin, 15 Desember 2014, SINDO TV resmi diluncurkan sebagai televisi nasional.

Kemudian SINDO TV secara resmi mengubah namanya menjadi iNews TV setelah mengadakan ajang penghargaan iNewsmaker Awards yang dilaksanakan pada tanggal 6 April 2015. Selain itu, televisi lokal yang berada di bawah jaringan televisi ini turut berganti nama menjadi iNews TV.


14. RTV
RTV adalah singkatan dari Rajawali Televisi, sebelumnya bernama B-Channel. Sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang dimiliki oleh Rajawali Corpora. RTV resmi mengudara pada tanggal 1 November 2009 di Jakarta dengan nama B-Channel. Saat ini, program RTV sendiri lebih difokuskan pada acara hiburan, soft news dan variety show untuk keluarga. Pada tanggal 3 Mei 2014, B-Channel berganti nama menjadi RTV pada saat acara Grand Launching Langit Rajawali.

RTV didirikan pada tahun 2008 dengan nama B-Channel oleh Sofia Koswara, seorang pengusaha mebel dari Cikarang. B-Channel memulai siaran percobaannya pada tahun 2008 dan diluncurkan pada tanggal 1 November 2009. Sofia Koswara mendirikan B-Channel dengan bertujuan untuk menebarkan virus inspirasi untuk keluarga. Pada saat itu B-Channel merupakan sebuah stasiun televisi lokal di Jakarta yang merelai siaran TVN. Pada tanggal 1 Januari 2011, Lanny Rahardja menjabat sebagai direktur utama B-Channel meluncurkan logo barunya yang menggambarkan semangat yang baru dalam memberikan inspirasi bagi seluruh keluarga. 

Pada tahun 2012, perusahaan konglomerat Rajawali Corpora mengakuisisi 100% dari saham B-Channel. Di saat itu juga, B-Channel menggandeng beberapa televisi berlangganan. Pada tanggal 1 Oktober 2012, B-Channel mengganti slogannya menjadi Inspirasi Anda.

Pada awal tahun 2013, 5 televisi lokal jaringan B-Channel mengubah namanya menjadi B-Channel disusul beberapa kota lainnya pada pertengahan hingga akhir tahun 2013. Hal ini membuat bahwa B-Channel telah bersiap untuk menjadi sebuah stasiun televisi nasional. Pada pertengahan tahun 2013, B-Channel bekerjasama dengan TVKU yang dimiliki oleh Suara Merdeka Network dan Universitas Dian Nuswantoro untuk menyiarkan siarannya di Semarang karena Kartika TV (sekarang RTV Pati) tidak bisa dijangkau oleh pemirsa di Semarang. Pada akhir tahun 2013, B-Channel mendirikan pemancar di Sukabumi.

Pada hari Sabtu malam 3 Mei 2014 sejak sekitar pada pukul 19:00 WIB, Maria Goretti Limi menjabat sebagai direktur utama B-Channel resmi mengakhiri siarannya dan berubah nama menjadi RTV pada saat acara Grand Launching Langit Rajawali. Pada saat yang sama, semua televisi lokal jaringan B-Channel juga berubah nama menjadi RTV (kecuali TVKU) resmi mengudara perdana sebagai stasiun televisi terestrial swasta nasional di Indonesia, yang turut diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. 

Pada tanggal 7 April 2015, RTV sempat merelai siaran MTV Indonesia pada waktu tertentu di seluruh jaringannya, tetapi pada tanggal 10 April 2015, RTV tidak lagi menyiarkan siaran MTV Indonesia dikarenakan masalah teknis. 

Pada bulan September 2015, Maria Goretti Limi sudah tidak menjabat lagi sebagai direktur utama RTV dan digantikan oleh Satrio Tjai yang ditunjuk oleh Rajawali Corpora. Kemudian pada tahun 2016, RTV berhasil menjangkau Semarang dengan saluran 56 UHF dan pada akhirnya, TVKU resmi memisahkan diri dari RTV setelah bergabung selama kurun waktu 3 tahun.


15. NET.
NET. (singkatan dari News and Entertainment Television) adalah stasiun televisi swasta terestrial nasional di Indonesia yang resmi diluncurkan pada 26 Mei 2013. Dirintis mulai tahun 2012, PT Net Mediatama Indonesia (NET.) yang dipimpin oleh mantan Direktur Utama Trans TV, Wishnutama, ingin membangun sebuah stasiun TV yang membawakan sebuah revolusi media yang maju dan lebih modern dengan sekmen keluarga dan anak muda. Seperti visi Wishnutama saat masih bersama di Trans TV.

Wishnutama bersama dengan Indika Group, pada pertengahan Maret 2013 mendirikan PT Net Mediatama Indonesia dan mengakuisisi saham kepemilikan dari PT Televisi Anak Spacetoon (Spacetoon) dengan kepemilikan saham sebesar 95%. Sesaat setelah akuisisi saham kepemilikan Spacetoon ke NET., akhirnya pada Sabtu, 18 Mei 2013, siaran Spacetoon di jaringan terrestrial menghilang dan digantikan oleh NET. yang memulai siaran perdananya dengan menggunakan frekuensi milik Spacetoon di seluruh mantan jaringan frekuensi Spacetoon di Indonesia.

Kontroversi

Proses perubahan TV Anak Spacetoon menjadi NET. ternyata menyisakan kontroversi. Penjualan Spacetoon diduga bermodus jual beli izin, yang berarti bertentangan dengan Pasal 34 ayat 4 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Pasanlnya, dalam pengajuan izin Spacetoon, segmennya adalah anak. Setelah diakuisis NET., konten yang ditampilkan justru tidak layak untuk anak. Ini bertentangan dengan Pasal 36 ayat 3 UU Penyiaran.

Terkait dengan dugaan itu, pihak PT Net Mediatama Indonesia telah memenuhi undangan KPI untuk menyampaikan klarifikasi seputar perubahan nama dari TV Anak Spacetoon menjadi NET. pada Rabu, 05 Juni 2013. Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor KPI Pusat itu, Direktur Utama PT Televisi Anak Spacetoon atau NET., Deddy Hariyanto, menyampaikan jawaban dan klarifikasi.

Selain bermasalah dengan KPI pusat, NET. juga bermasalah dengan KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Sumatera Barat perihal penjualan tv lokal, Favorit TV oleh NET.. KPID meminta klarifikasi soal kepemilikan dan saham dari NET. belakangan bisa kita tonton di Kota Padang. Pasalnya, izin awalnya NET. tidak ada dalam arsip permohonan izin. Sedangkan, KPID Sumbar sendiri mengaku belum menerima surat dari kedua perihal perubahan nama dan logo dari Favorit TV ke NET.. Permasalahan akhirnya selesai setelah NET. memenuhi semua persyaratan izin, termasuk memenuhi syarat penayangan konten lokal Sumatera Barat 10 persen.

Walaupun baru berumur jagung, NET. dikenal tidak tanggung-tanggung dalam mendatangkan bintang tamu. Pada Grand Launching NET. yang ditayangkan secara langsung pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.00 WIB, NET. mengundang penyanyi internasional seperti Carly Rae Jepsen, Taio Cruz dan juga didukung oleh beberapa artis dalam negeri seperti Agnes Monica, Maudy Ayunda, Noah, Raisa, Kahitna, Dewa 19, Andien, Ungu, Reza Rahardian, Andi Rianto dan banyak lagi.

Bintang internasional terus didatangkan pada setiap ulang tahun NET. Seperti pada ulang tahun NET. yang pertama bertajuk NET. ONE (Indonesian Choice Awards 2014) dengan mengundang berbagai penyanyi internasional seperti Far East Movement dan Ne-Yo. Kemudian pada tanggal 24 Mei 2015, NET. merayakan ulang tahun keduanya dan mengundang penyanyi internasional Demi Lovato & Karmin. Pada tanggal 29 Mei 2016, NET. merayakan ulang tahun ketiganya dan mengundang penyanyi internasional Jessie J, Dawin & Omi. Beberapa hari yang lalu, ulang tahun NET. keempat yang bertajuk NET. 4.0, mengundang Robin Thicke dan Jonas Blue. 

Program-program NET. pun diisi nama-nama tenar seperti Sophia Latjuba, Dwi Sasono, Chelsea Islan, Deva Mahenra, Vincent Rompies, Desta, Sarah Sechan dan lain-lain. Tayangan NET.pun semakin nikmat ditonton karena mereka memiliki kebijakan membatasi iklan komersil. Bertaburnya bintang, iklan yang minim, dan didukung dengan kualitas High Definition (HD), menjadikan NET. menjadi tv modern yang siap mengambil tempat dihati masyarakat.



Credit: 
id.wikipedia.org
http://www.rcti.tv
http://www.harianjogja.com
tabloidbintang.com
www.merdeka.com

Minggu, 06 November 2016

Perpindahan Para News Anchor di Indonesia

Kebutuhan menonton televisi (tv) bukan lagi dikategorikan sebagai kebutuhan tersier atau ketiga. Hampir setiap hari bahkan setiap saat, manusia tidak bisa dilepaskan dari aktivitas menonton tv. Hal itu disebabkan karena manusia membutuhkan informasi dan hiburan yang disajikan stasiun tv. Program berita adalah salah satu program di tv yang tidak bisa dilewatkan para pemirsa atau penonton tv.

Program berita tayang setiap hari baik pagi, siang dan malam, bahkan untuk stasiun tv berita, program berita bisa setiap saat ditayangkan. Oleh sebab itu, persaingan untuk menyajikan berita teraktual dan terpercaya menjadi pertimbangan stasiun tv merebut pemirsa. Sebut saja Seputar Indonesia dari RCTI, dan Liputan 6 dari SCTV adalah dua program berita yang punya penonton tersendiri. Namun, bukan hanya aktual dan terpercaya, news anchor atau pembawa program berita yang menarik dan handal juga menjadi pertimbangan program berita dalam menarik pemirsa. Oleh sebab itu, banyak stasiun tv yang bersaing menampilkan dan menggaet news anchor terbaik untuk membawakan program beritanya. Tidak heran pemirsa akan melihat program berita yang gonta ganti news anchor dengan menggaet news anchor dari stasiun tv lain.

Pada kesempatan ini, tvmags akan menyajikan profil beberapa news anchor yang sering berpindah-pindah stasiun tv dan program berita.

1. Desi Anwar

Desi Anwar yang lahir di Bandung pada 11 Desember 1962, atau saat ini berumur 53 tahun adalah salah satu news anchor senior terkemuka di Indonesia. Mengawali karier di RCTI sebagai pembawa berita Seputar Indonesia, Nuansa Pagi, Buletin Siang dan Buletin Malam sampai tahun 1999, Desi kemudian memutuskan untuk pindah ke situs portal berita Astaga.com.

Setahun kemudian dia kembali ke dunia pertelevisian, bergabung bergabung dengan stasiun berita Metro TV. Di stasiun televisi itu milik Surya Paloh itu, Desi menjabat sebagai GM Marketing and Business Development. Sesekali Desi tampil membawakan acara di Metro TV, seperti Face to Face with Desi Anwar. Kini Desi tampil lebih segar dengan bergabung sebagai jurnalis di CNN Indonesia milik CT Corp yang resmi mengudara pada tanggal 17 Agustus 2015.

2. Rosianna Silalahi

Menyusul Desi Anwar, ada Rosianna Magdalena Silalahi atau biasa dikenal Rosianna Silalahi yang sering gonta ganti baju stasiun tv. Lahir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada 26 September 1972, Rosi adalah mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV.

Usai meraih gelar sarjana jurusan Sastra Jepang Universitas Indonesia, Rosi memulai karier di TVRI sebagai reporter. Di sinilah awal karier Rosi di dunia jurnalistik yang membesarkan namanya. Pada tahun 1998, Rosi meninggalkan TVRI dengan bergabung bersama Liputan 6 SCTV. Rosi kemudian mulai tampil di depan layar sebagai news anchor, dengan sesekali masih bertugas sebagai reporter lapangan.

Di SCTV, karier Rosi semakin menanjak karena membawakan program Liputan 6 yang juga dihuni banyak news anchor terkemuka seperti Arief Suditomo. Pada tahun 2003, Rosi menjadi salah satu dari 6 jurnalis TV dari Asia yang berkesempatan mewawancarai secara eksklusif Presiden AS George Bush di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Setahun kemudian, Rosi bahkan dipercaya menjadi pemimpin redaksi Liputan 6. Dengan prestasi tersebut, tidak heran jika Rosi mendapat banyak penghargaan seperti Pembawa Acara Talk Show Terfavorit dan Pembawa Acara Berita/Current Affair Terfavorit versi Panasonic Award secara berturut-turut tahun 2004 dan 2005, serta kembali merebut penghargaan yang sama tahun 2007.

Lama tidak terdengar di SCTV, Rosi hadir kembali ke layar tv tetapi dengan baju Kompas TV. Rosi dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi menggantikan wartawan senior Kompas, Taufik Mihardja (alm) dan membawakan Talk Show Rosi.

3. Putra Nababan

Beralih ke news anchor laki-laki, semua penikmat program berita pasti mengenal sosok Putra Nababan. Jurnalis kelahiran Jakarta, 30 Juli 1974 tersebut sangat kental dengan penghargaan Panasonic Award yang kerap diraihnya pada saat membawakan program berita Seputar Indonesia RCTI. Tercatat, pada penyelenggaraan Panasonic Award tahun 2007 hingga 2012, Putra berturut-turut menyebet penghargaan sebagai Presenter Berita / Current Affairs favorit.

Putra yang telah bersama dengan RCTI sejak tahun 2005, sebagai Wakil Pemimpin Redaksi, memutuskan untuk keluar dari RCTI dan pindah ke stasiun tv berita, Metro TV dengan jabatan sebagai Pemimpin Redaksi. Kepindahannya ke Metro TV cukup disayangkan mengingat kariernya yang cemerlang sebagai news anchor RCTI. Sejak di Metro TV, Putra lebih banyak berada di belakang layar dengan sesekali membawakan berita documenter, 360. Tidak heran pada penyelenggaraan Panasonic Award 2013 dan 2014, dia kalah oleh news anchor RCTI, Michael Tjandra.

4. Alfito Deannova Gintings

Pembawaan yang kalem tapi tajam dan cerdas, membuat Alfito Deannova Gintings cukup disukai pemirsa. Alfito yang lahir di Jakarta, 17 September 1976, memulai karier sebagai jurnalis sekaligus news anchor di SCTV sejak tahun 2000 hingga 2007 dengan membawakan program berita Liputan 6.

Namun, sejak TVONE mengudara sebagai stasiun tv berita, Alfito kemudian memutuskan keluar dari SCTV dan bergabung dengan stasiun tv milik keluarga Bakrie tersebut. Di TVONE dia membawakan Talk Show Alfito atau Alfito Show, dan Kabar Petang. Petualangan pria 40 tahun tersebut tidak berhenti di TVONE, setelah CNN Indonesia mengudara pada 17 Agustus 2015. Alfito menyusul news anchor senior lainnya seperti Desi Anwar dan Prabu Revolusi, bergabung dengan stasiun berita milik CT Corp tersebut.

5. Prabu Revolusi

Salah satu news anchor yang gemar “loncat pagar” ke berbagai stasiun tv adalah Prabu Revolusi. Pria kelahiran Bandung, 16 Juni 1980 adalah alumni Institut Teknologi Bandung yang memulai karier di dunia jurnalistik di Trans TV yang membawakan program Reportase. Tahun 2008, Prabu kemudian memutuskan keluar dari Trans TV yang telah membesarkan namanya tersebut, untuk bergabung bersama Metro TV. Di Metro TV, dia membawakan beberapa program seperti Metro Pagi, Editorial Media Indonesia dan Indonesia This Morning serta 8-11 Show.

Petualangan Prabu berlanjut ke stasiun tv baru, yaitu Rajawali Televisi (RTV) pada tahun 2014. Di RTV, dia dipercaya sebagai Executive Producer sekaligus membawakan program Lensa Indonesia Pagi. Pada 25 Juni 2015, suami dari artis Zee Zee Shahab itu kembali ke pelabuhan lamanya, yaitu CT Corp dengan bergabung bersama sederet news anchor terkenal lainnya seperti Alfito Deannova, Desi Anwar, dan Indra Maulana di CNN Indonesia dan membawakan program CNN Indonesia Newsroom & CNN Indonesia Newsdesk di channel CNN Indonesia dan Trans TV.

6. Michael Tjandra

Selanjutnya ada nama Michael Tjandra, news anchor RTV kelahiran Surabaya, 20 Oktober 1980. Michael kecil yang menghabiskan masa kanak-kanaknya selama 7 tahun di Surabaya, bersama keluarganya pindah ke Jakarta. Sebelum jadi news anchor terkenal seperti saat ini, Michael sempat beberapi kali alih profesi.

Sebelumnya, Michael yang merupakan lulusan Universitas Trisakti jurusan arsitektur sempat meniti karier di biro interior dan arsitek selama 6 bulan. Merasa kariernya tertahan, dia memutuskan untuk banting setir ke dunia perbankan. Tahun 2007, dia memutuskan untuk keluar dari perbankan dan beralih ke dunia jurnalistik dengan bergabung bersama RCTI sebagai news anchor. Sejak 2007, wajahnya mulai menghiasi layar kaca RCTI sebagai presenter Sekilas Info yang kemudian membawanya menjadi wajah utama program Seputar Indonesia menggantikan Putra Nababan yang pindah ke Metro TV.

Pindahnya Putra juga berdampak pada berpindahnya piala Panasonic Gobel Award yang selama ini selalu dimenangkan oleh Putra Nababan dalam kategori Presenter Berita & Informasi. Tercatat, Michael menyabet gelar tersebut dari Putra sejak tahun 2013 hingga 2015. Namun, prestasi itu tidak lantas membuat Michael nyaman di zonanya. Dia memutuskan pindah dari RCTI ke stasiun tv baru, RTV dengan membawakan program Lensa Indonesia Sore.

7. Senandung Nacita

Selanjutnya ada nama news anchor perempuan lagi, yaitu Senandung Nacita. Naci, panggilan akrabnya, adalah anak dari aktor senior dan juga Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mizwar. Sempat beberapa kali membintangi sinetron ayahnya sebagai pemeran pendukung, Naci memutuskan untuk terjun ke dunia jurnalistik dengan bergabung bersama SCTV.

Perempuan kelahiran Jakarta, 10 Juni 1987 itu bekerja di SCTV sejak Februari 2010 membawakan berita Liputan 6 Pagi, Liputan 6 Siang, Liputan 6 Terkini dan Buser. Bisa dibilang, kehadiran Naci cukup menyelamatkan “wajah” redaksi berita SCTV yang banyak ditinggal personelnya ke stasiun tv lain.

Namun, godaan RTV yang berhasil merekrut news anchor terkenal turut menggoda Naci yang akhirnya ikut bergabung bersama RTV dengan membawakan program Lensa Indonesia Siang dan program Maestro Indonesia.

8. Bayu Sutiyono

Dideratan terakhir tvmags, ada nama Bayu Sutiyono, news anchor kawakan yang juga berasal dari “kawah candradimuka” para news anchor, yaitu Liputan 6 SCTV.

Bayu yang lahir di Jakarta, 10 April 1972, adalah news anchor senior yang kini menghiasi wajah Kompas TV yang membawakan program Sapa Indonesia Pagi bersama Timothy Marbun dan Glory Oyong. Sebelum di Kompas TV, Bayu memulai karier di Liputan 6 SCTV sejak 12 Januari 1998. Dia sempat meliput berbagai peristiwa penting seperti demontrasi menutut reformasi di Jakarta, Banjir besar di Jakarta tahun 2000, dan bahkan dia sempat berkesempatan mewawancarai presiden Megawati Soekarnoputri menjelang pemilu 2004.

Menyusul teman-temannya yang keluar dari SCTV, Bayu kemudian bergabung dengan Sindo TV atau sekarang iNewsTV milik MNC Grup sejak tahun 2009-2014. Kini, bapak dari Keira Azzahra dan Zeta Amira bergabung bersama Kompas TV dan membawakn program Sapa Indonesia.

Daftar nama-nama news anchor di atas hanyalah beberapa nama pilihan tvmags. Selain nama-nama tersebut, masih banyak nama-nama news anchor lain yang sering berpindah-pindah stasiun tv. Alasannya pun beragam, seperti ingin menjadi jurnalis di stasiun tv yang netral hingga tawaran posisi jadwal regular dan jabatan tinggi.